Breaking News

Menikmati Kemenangan Taliban

Oleh Aris Fajar Rokhani, Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.


Aris Fajar Rokhani,Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.

Perantara-Nasional.Com, – Kondisi aktual geopolitik internasional mendadak ramai pasca kemenangan Taliban di Afganistan. Banyak pertanyaan yang muncul ke publik, apa yang terjadi? Kenapa AS begitu mudah menyerahkan Afganistan kepada Taliban? Apakah sudah ada deal kesepakatan antara keduanya? Berbagai analisa muncul dan menghiasi khasanah pemikiran. Suka tidak suka realitasnya saat ini Taliban sudah menguasai Afganistan. Dunia internasional saling menunggu bagaimana Taliban akan menjalankan Pemerintahan Afganistan kedepan. Kekuatan-kekuatan politik internasional saling intip, wait and see. Hal ini bisa dipahami bahwa dalam setiap selesainya peperangan pasti ada ganīmah atau harta rampasan perang yang akan dinikmati oleh pemenang. Dalam konteks peperangan di Afganistan maka ganīmah sepenuhnya dikuasai oleh Taliban. Maka negara-negara lain seperti China, Rusia, bahkan AS berlomba-lomba untuk dapat sharing menikmati ganīmah tersebut. Bagaimana dengan Indonesia?

 

Publik Indonesia mensikapi kemenangan Taliban justru kurang produktif. Pada sebagian kelompok Islam sayap kanan berpandangan bahwa kemenangan Taliban merupakan inspirasi dan anugerah bagi perjuangan dunia islam. Bahkan yang lebih ekstrem lagi menganggap Taliban adalah pasukan Imam Mahdi yang diturunkan untuk membebaskan Umat Islam dari penindasan “hegemoni” kaum kafir. Sementara di sisi lain kelompok Islam moderat memiliki kekhawatiran bahwa kemenangan Taliban di Afganistan akan dimanfaatkan dan diamplifikasi sedemikian rupa untuk membangkitkan sel dan jaringan terorisme sehingga menjadi ancaman bagi Bangsa Indonesia. Kedua wacana tersebut mengemuka ke publik dan menimbulkan rasa saling curiga satu sama lain. Tentunya hal ini kontra produktif dan tidak memberikan manfaat bagi kita sebagai Negara. Untuk itu diperlukan pandangan dan wacana lain dalam memaknai kemenangan Taliban ini agar lebih produktif. Tulisan ini mencoba memberikan alternatif pandangan yang lebih menguntungkan bagi bangsa Indonesia yaitu dengan mendorong Indonesia untuk memanfaatkan kemenangan Taliban guna kepentingan nasional dengan kata lain bagaimana Indonesia ikut “menikmati kemenangan Taliban.”


Bagaimana Indonesia bisa ikut menikmati ganīmah kemenangan Taliban? Mungkinkah? Indonesia dari sisi potensi memiliki peluang besar untuk ikut andil mempengaruhi Taliban dalam pengelolaan pemerintahan. Indonesia adalah Negara muslim terbesar di Dunia yang mampu mengawinkan antara Islam dan Demokrasi. Perpaduan Islam dan Demokrasi dipraktikkan secara apik dalam wujud Negara. Pemerintahan Indonesia merupakan role model atau panutan bahwa Islam dan demokrasi memiliki kesamaaan prinsip. Prinsip HAM, prinsip keadilan gender, prinsip Negara hukum merupakan simetrisme Islam dan demokrasi. Hal itulah yang saat ini menjadi big question bagi Taliban dalam menjalankan Pemerintahanya. Dalam positioning inilah Indonesia memiliki posisi strategis dalam mendorong Taliban untuk mejalankan Pemerintahan seperti praktik demokrasi dan Islam di Indonesia yaitu Islam wasaṭiyah.


Indonesia memiliki pengalaman dalam mendorong Taliban untuk memiliki pandangan Islam yang wasaṭiyah. Peran Indonesia melalui Presiden Jokowi yang pernah berkunjung ke Afganistan, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menjadi mediator damai di Afganistan dan juga peran MUI dalam mendidik santri dari Afganistan sebagai upaya moderasi beragama merupakan investasi yang sudah ditanam. Maka dengan investasi tersebut saat ini harus di-maintanance terus sehingga dengan kemenangan Taliban kita siap “memanen” investasi yang sudah tanam sebelumnya.


Prinsip politik luar negeri bebas aktif bisa meningkatkan peran lebih kepada Taliban dalam membentuk dan menjalankan Pemerintahan Afganistan. Selain itu juga mendorong kelompok sipil seperti ormas dan LSM untuk bisa melakukan hal yang sama. Seperti pengalaman Muhammadiyah dengan Islam berkemajuannya membuka Universitas Muhammadiyah Malaysia, maka dalam konteks Taliban Ormas Muhammadiyah juga bisa melakukan peran diplomasi. NU dengan Islam Nusantaranya, kelompok HAM, LSM lingkungan dan lain-lain juga bisa mengambil peran dalam mendorong Pemerintahan Afganistan yang demokratis di bawah Taliban.


Dengan peran politik luar negeri tersebut maka pengaruh Indonesia dalam Pemerintahan Afganistan di bawah Taliban akan lebih luas. Setalah pengaruh dan kepercayaan tersebut diperoleh, dalam politik terdapat istilah “no free lunch” maka langkah selanjutnya adalah Pemerintah Indonesia bisa mendorong kelompok bisnis, BUMN, Perusahaan Swata untuk masuk melakukan kerjasama ekonomi dengan Afganistan dibawah Taliban. Tentunya banyak proyek pasca perang seperti rekonstruksi, pembangunan bahkan pengelolaan kekayaan alam seperti minyak. Maka cara menikmati Kemenangan Taliban adalah Indonesia mendapatkan keuntungan ekonomi bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Indonesia akan bersaing dengan Negara super power seperti China, Rusia dan AS, namun dengan diplomasi politik luar negeri yang kuat maka Indonesia akan ikut menikmati ganīmah dari kemenangan Taliban tersebut. Wacana ini lebih konstruktif dibandingkan melakukan agitasi kemengan Taliban bagi politik dalam negeri maupun membangkitkan perlawanan kelompok teroris. Wa Allāhu a'lam wa a'lā.


© Copyright 2022 - Berinteraksi dalam Keberagaman