Oleh Thoriq Aziz, S.Pd., Lc., M.Pd.
Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia, termasuk aspek sosial, moral, ekonomi, politik, ilmiah, dan intelektual. Manusia memiliki dua dimensi, yaitu fisik dan rohaniah, yang masing-masing memerlukan perawatan khusus agar tetap hidup, berkembang, dan bertahan. Para ulama Muslim, baik di masa lampau maupun sekarang, telah mendiskusikan secara mendalam mengenai perawatan rohaniah, serta dampak penyakit dan kotoran yang dapat mengganggu kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Para ulama menjadikan dasar dalam hal ini, firman Allah Ta'ala:
وَمَنْ أَعْرَضَ
عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَعْمَى
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta" (Thaha: 124).
Selain itu, para ulama juga berangkat dari kenyataan bahwa hati
dan jiwa adalah fondasi pertama dalam pembentukan tubuh manusia. Sabda Nabi Muhammad saw:
أَلَا إِنَّ فِي
الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
"Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging,
jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah
seluruh tubuh, ketahuilah itu adalah hati."
Sementara itu, para ulama juga membahas dalam pembicaraan dan
karya-karya mereka tentang pentingnya merawat makanan bagi tubuh, apa yang
bermanfaat bagi tubuh serta makanan dan minuman apa yang membuatnya sakit, cara
makan, waktunya, dan kuantitasnya. Nabi Muhammad saw bersabda:
اَلْـمُؤْمِنُ
الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ
وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ
"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan dalam setiap (keadaan) ada
kebaikan."
Maka kekuatan iman di dalam hati itu baik, dan lebih baik lagi
jika ditambahkan kekuatan tubuh, dan salah satu faktor terpenting dari kekuatan
tubuh adalah memperhatikan makanan bagi kebugaran tubuh dan memastikannya.
Keamanan adalah karunia yang besar, dengan keamanan manusia
merasa senang dengan hidupnya, sehingga ia merasakan kenikmatan dan kesenangan
ibadah yang merupakan asupan hati dan jiwanya, serta kenikmatan dan kesenangan
makanan yang merupakan asupan tubuhnya.
Oleh karena itu, memastikan makanan tubuh adalah salah satu
bidang keamanan yang dipedulikan oleh Islam, yang disebut dengan keamanan
pangan atau ketahanan pangan, dan merupakan salah satu pilar kehidupan yang
stabil. Nabi Ibrahim as telah berdoa kepada Tuhannya:
رَبِّ اجْعَلْ
هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman dan berikan rezeki
kepada penduduknya dari buah-buahan, yaitu orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhir." (Al-Baqarah: 126),
Dan Nabi Muhammad saw
bersabda:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
"Barangsiapa di antara kalian yang bangun di pagi hari
dalam keadaan aman di rumahnya, sehat dalam tubuhnya, dan memiliki makanan hari
itu, maka seakan-akan dunia telah digenggamnya seutuhnya."
Allah SWT telah melimpahkan karunia-Nya kepada kaum Quraisy
dengan memberikan mereka keamanan secara umum, sehingga mereka tidak takut, dan
keamanan pangan secara khusus, sehingga mereka tidak kelaparan. Allah SWT
berfirman:
فَلْيَعْبُدُوا
رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ * الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ
وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
"Maka hendaklah mereka beribadah kepada Tuhan (pemilik)
rumah ini (Ka'bah), yang telah memberi mereka makan dari kelaparan dan
mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4)
Pada awalnya, pasar di Madinah dikuasai oleh orang-orang Yahudi.
Hal ini menjadi ancaman bagi keamanan ekonomi dan pangan umat Muslim. Ketika
Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau memerintahkan untuk membangun pasar
khusus bagi umat Muslim. Hal ini menunjukkan pentingnya masalah ini.
Kemandirian, pemeliharaan kesatuan bangsa, dan perlindungan
terhadap tanah air sangat ditentukan oleh kemampuan untuk mandiri dalam
memproduksi makanan, obat-obatan, dan senjata. Ketergantungan pada pihak lain
dalam hal ini dapat membuka peluang bagi pengendalian sumber daya dan campur
tangan dalam proses pengambilan keputusan serta pembentukan kebijakan.
Surat Yusuf secara tegas dan jelas membahas isu keamanan dan
ketahanan pangan, terutama melalui penafsiran mimpi yang dilakukan oleh Yusuf
AS terhadap penguasa Mesir. Dalam penafsiran tersebut, terdapat arahan mengenai
pentingnya merawat dan menyimpan makanan dengan benar untuk mencegah kerusakan.
Selain itu, surat ini juga memberikan panduan mengenai peranan penting produksi
pertanian dalam mencapai keamanan pangan. Lebih lanjut, surat ini menyoroti
urgensi mengendalikan konsumsi pangan dan menghindari pemborosan, dengan tujuan
sesuai dengan kebutuhan penduduk dan mencegah kelaparan serta kekurangan
pangan. Semua ini disusun dalam suatu rencana matang untuk menghadapi masa-masa
kekeringan dan kemarau dengan mengonsumsi cadangan pangan yang telah dipersiapkan.
قَالَ
تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوهُ فِي سُنْبُلِهِ
إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تَأْكُلُونَ () ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ سَبْعٌ
شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تُحْصِنُونَ
() ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيهِ
يَعْصِرُونَ
“(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru),
‘Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh
ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang
kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering
agar aku kembali kepada orang-orang itu dan mereka mengetahuinya.’ Yusuf
berkata, ‘Hendaknya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka
apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali
sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang
tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka
memeras anggur.'” (Surat Yusuf ayat
46-49)
Dalam wahyu yang diberikan Allah SWT kepada Yusuf as, disarankan
untuk menyimpan gandum dalam bentuk bulirnya, suatu praktek yang kini diakui
sebagai kemajuan peradaban dan mukjizat ilmiah. Metode ini, yang ditekankan
oleh Yusuf as, terbukti sebagai cara yang sangat efektif dalam menjaga kualitas
gandum. Kulit yang melindungi biji-biji gandum dalam bulirnya memiliki peran
krusial dalam mencegah serangan serangga berbahaya serta meminimalkan dampak
buruk cuaca luar.
Islam sebagai panduan hidup, juga memberikan perhatian serius
terhadap keamanan dan ketahanan pangan. Dalam konteks ini, dilarang segala
bentuk kecurangan yang dapat merusak keamanan pangan, termasuk penipuan dalam
segala bentuknya. Terutama, prinsip ini mencakup tindakan mencampurkan bahan
makanan baik dengan yang buruk, menampilkan produk yang buruk dengan tampilan
yang baik, dan menjualnya dengan harga yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
Islam menekankan integritas dalam produksi dan perdagangan pangan untuk
mewujudkan keamanan serta ketahanan pangan yang utuh dan adil.
Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW berjalan melewati sebuah
tumpukan makanan. Beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut, dan
jari-jarinya merasakan basah. Beliau bertanya kepada pemilik makanan,
ما هذا يا صاحبَ
الطعام؟
"Apa ini, wahai pemilik makanan?" Pemilik makanan
menjawab,
أصابته السماء يا رسول
الله
"Air hujan telah mengenainya, ya Rasulullah." Nabi SAW bersabda,
أفلا جعَلْتَه
فوق الطعام حتى يراه الناس، مَن غشَّ فليس منا
"Kenapa engkau tidak meletakkannya di atas makanan agar
orang-orang dapat melihatnya? Barangsiapa yang menipu, maka ia bukan dari
golongan kami."
Begitu juga, Islam melarang praktik monopoli. Nabi Muhammad SAW
bersabda,
مَن احتكر فهو
خاطئ
"Barangsiapa yang melakukan monopoli, maka ia telah berbuat
salah." Artinya, ia telah melakukan dosa dan kejahatan yang layak
dihukum.
Pola kebijakan
syariah yang adil tercermin dalam larangan riba dalam perdagangan makanan yang
disimpan dan dikonsumsi, terutama pada empat jenis makanan yang ditegaskan oleh
Nabi Muhammad SAW: gandum, jelai, kurma, dan garam.
Dalam konteks penjualan jenis makanan yang sama yang disimpan
dan dikonsumsi, kebijakan syariah menuntut transaksi dilakukan secara tunai,
dengan takaran dan kualitas yang identik. Sedangkan, jika penjualan melibatkan
satu jenis makanan dengan jenis lain, transaksi juga harus dilakukan secara
tunai dan di tempat yang sama.
Pentingnya prinsip tunai juga ditekankan dalam penjualan makanan
dengan menggunakan uang, dimana transaksi bisa dilakukan baik secara langsung
maupun dengan penundaan. Hal ini mencerminkan keadilan dalam sistem perdagangan
dan menjaga keberlangsungan ekonomi dengan meminimalkan risiko riba.
Ini adalah aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh syariat
untuk mencapai ketahanan pangan, dan masih banyak lagi aturan lainnya yang
terdapat dalam kitab-kitab fikih dalam bab jual beli dan makanan.
Aspek-aspek Keamanan Pangan
1. Memastikan
keamanan makanan dan minuman, sehingga manusia tidak mengonsumsi makanan atau
minuman yang membahayakan tubuhnya, akalnya, dan kesehatannya.
2. Manusia
harus mengambil tindakan yang dapat menjaga makanan dan minuman agar tidak
berubah atau terkontaminasi dengan sesuatu yang berbahaya.
3. Manusia
juga harus makan dan minum dengan cara yang tidak membahayakan dirinya, dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
·
Tidak berlebihan, dengan mengatur waktu
makan dan tidak mengonsumsi makanan melebihi kebutuhan tubuh.
·
Memilih makanan yang berkualitas.
Rasulullah saw bersabda,
غَطُّوا الإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، فَإنَّ فِي السَّنَةِ
لَيْلَةً يَنْزِلُ فِيهَا وَبَاءٌ، لاَ يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ
غِطَاءٌ، أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ وِكَاءٌ، إِلاَّ نَزَلَ فِيهِ مِنْ ذلِكَ
الْوَبَاءِ
“Tutuplah bejana-bejana dan wadah-wadah air. Karena ada satu
malam dalam satu tahun waba’/penyakit turun di pada malam itu. Tidaklah
penyakit itu melewati bejana yang tidak tertutup, atau wadah air yang tidak ada
tutupnya melainkan penyakit tersebut akan masuk ke dalamnya. (HR Muslim)
Rasulullah saw memerintahkan untuk menutup bejana dan wadah air,
meskipun hanya dengan meletakkan sesuatu di atasnya, seperti kayu, pisau, atau
tongkat. Kemudian, menyebut nama Allah pada saat itu, karena Allah swt tidak
akan membahayakan sesuatu yang disebut dengan nama-Nya. Rasulullah saw
bersabda,
وخَمِّرْ
إناءَكَ، واذكُرِ اسمَ اللهِ، ولو تَعْرُضُ عليه شيئًا
"Tutuplah bejanamu, dan sebutlah nama Allah padanya,
meskipun hanya dengan meletakkan sesuatu di atasnya."
Rasulullah saw juga biasa memeriksa kurma sebelum memakannya,
untuk memastikan tidak ada kutu di dalamnya.
Rasulullah saw tidak pernah minum air rendaman kurma setelah
tiga malam, karena khawatir air tersebut akan berubah menjadi minuman keras.
Oleh karena itu, jika air rendaman kurma tersebut sudah melewati tiga malam,
maka Rasulullah saw memerintahkan untuk membuangnya.
Rasulullah saw juga memerintahkan umatnya untuk menghormati
roti. Beliau bersabda,
أكرموا الخبز
"Hormatilah roti."
Makna menghormati roti adalah tidak merendahkan atau
menghinakannya. Roti tidak boleh diinjak dengan kaki, tidak boleh dibuang ke
tempat sampah, tidak boleh diletakkan di bawah piring, dan tidak boleh
diletakkan di atasnya makanan, seperti daging, ikan, atau lauk-pauk lainnya,
kemudian dibiarkan tidak dimakan sehingga basi. Semua ini termasuk dalam
menghormati roti.
Rasulullah saw jika minum, beliau mengambil tiga kali napas.
Artinya, beliau tidak minum sekaligus, melainkan minum tiga kali dengan jeda di
antaranya. Beliau bersabda,
إنه أروى،
وأمرَأُ، وأبرأ
"Hal itu lebih menyegarkan, lebih lezat, dan lebih
sehat."
Saat mengambil napas, Rasulullah saw tidak mengambil napas di
dalam gelas yang beliau minum. Hal ini karena dapat membahayakan air dan orang
yang minum setelahnya. Rasulullah saw bersabda,
إِذَا شَـرِبَ
أَحَـدُكُمْ فَلاَ يَتَـنَفَّـسُ فِي اْلإِنَاءِ
"Jika salah seorang di antara kalian minum, maka hendaknya
dia tidak bernapas di dalam tempat minum." (Muttafaq 'alaih)
إذا شرِب أحدكم، فلا
يتنفَّسْ في القدح، ولكن ليُبِنِ الإناء عن فيه
"Jika salah seorang di antara kalian minum, janganlah
mengambil napas di dalam gelas, tetapi angkatlah gelas dari mulutnya."
Rasulullah saw juga makan dan minum dengan tangan kanan. Beliau
memerintahkan umatnya untuk melakukan hal yang sama, sebagai bentuk perlawanan
terhadap setan yang makan dan minum dengan tangan kiri.
Rasulullah saw melarang umatnya untuk berlebih-lebihan dalam
makan dan minum. Beliau bersabda,
ما ملأ آدميٌّ
وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم لُقَيمات يُقِمْن صُلبه، فإن كان لا بد فاعلًا،
فثلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفسه
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut.
Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya.
Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”.
Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an,
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا
زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ
لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
"Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang bagus di setiap memasuki
masjid, dan makanlah dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)
Orang yang berlebih-lebihan dalam makan dan minum akan mengalami
tiga macam kerugian, yaitu:
1.
Kerugian syar'i:
Orang yang berlebih-lebihan dalam makan dan minum telah
melanggar larangan Allah SWT dan Rasul-Nya saw.
2.
Kerugian jasmani:
Kenyang dan beratnya makanan di perut dapat menyebabkan banyak
penyakit, dan membuat orang malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
ibadah.
3.
Kerugian akal dan hati:
Jika perut penuh, maka pikiran akan menjadi tumpul, hikmah akan
menjadi bisu, dan anggota badan akan malas beribadah. Kenyang juga dapat
merusak kelembutan hati dan kejernihan hatinya, serta mengurangi kekhusyukan
dalam beribadah, seperti shalat, dzikir, dan lainnya. Selain itu, berlebihan
dalam makan juga dapat meningkatkan nafsu syahwat, yang merupakan sumber dosa.
Keamanan terbesar saat makanan adalah dengan menyebut nama Allah
swt. Sesungguhnya menyebut nama Allah swt tidak akan membahayakan sesuatu pun
di bumi atau di langit.
Orang beriman mengkonsumsi makan dengan menyebut nama Allah terlebih
dahulu di atasnya; mematuhi perintah Allah;
فَكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ
اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ
“Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama
Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An'am: 118)
Dan menghindari apa yang dilarang-Nya;
لَا تَأْكُلُوا مِمَّا
لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut
nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu
adalah suatu kefasikan.” (QS. Al-An'am: 121)
Orang beriman menyebut nama Allah saat makan dan minum,
mengikuti percontohan Nabi saw; di mana beliau jika meletakkan tangannya di
makanan untuk dimakan, beliau berkata: “Bismillah.”
Dan beliau memerintahkan orang yang makan untuk menyebut nama Allah,
إِذَا أَكَلَ
أَحَدُكُم، فليَذْكُرِ اسم اللهِ تعالى، فإِنْ نَسِي أَنْ يَذْكُرَ اسم اللهِ في
أوَّلِهِ؛ فليقل: بِسْمِ اللهِ في أوَّلِهِ وآخرِهِ
“Jika salah seorang di antara kalian makan, maka hendaklah ia
menyebut nama Allah sawt. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah di awal, maka
hendaklah ia berkata: “Bismillahi fi awwalihi wa akhirihi.”
Dan beliau berkata kepada Umar bin Abi Salamah:
يا غلامُ، سمِّ اللهَ،
وكُلْ بيمينِك، وكُلْ مما يَلِيك
“Wahai anak kecil! Bacalah, Bismillāh, makanlah dengan
tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu!”
Keamanan pangan adalah kondisi di mana semua orang selalu
memiliki akses fisik, ekonomi, dan sosial terhadap pangan yang cukup, aman, dan
bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka dan untuk hidup aktif dan sehat.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
keamanan pangan, yaitu:
·
Mencapai takwa kepada Allah SWT: Taqwa
kepada Allah swt adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan dalam segala hal,
termasuk keamanan pangan.
وَلَوْ أَنَّ
أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya." (Surat Al-A’raf Ayat 96).
وَلَوْ أَنَّ
أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ
وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ
"Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah
Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka
kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan." (Surat Al-Ma'idah Ayat
65).
وَلَوْ
أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ
رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ ۚ مِنْهُمْ
أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ
"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh
menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada
mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari
bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah
buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka." (Surat Al-Ma'idah Ayat
66).
·
Memperbanyak taubat dan beristighfar. Surah
Nuh Ayat 10-12
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا* يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
* وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
"Maka aku berkata (kepada mereka),
"Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia
akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan
sungai-sungai untukmu."
·
Silaturahmi dengan kerabat, saudara, dan
orang-orang yang dicintai: Hal itu merupakan salah satu penyebab luasnya
rezeki. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ سَرَّهُ
أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
"Barang siapa yang ingin rezekinya
dilapangkan dan umurnya dipanjangkan, maka hendaklah ia menyambung
silaturahmi."
Berkomunikasi secara sosial dapat menimbulkan rasa kasih sayang
dan cinta, dan memungkinkan saudara untuk mengetahui keadaan saudaranya.
Sehingga, orang yang memiliki kelebihan harta akan kembali kepada orang yang
tidak memiliki harta, dan orang yang memiliki kelebihan makanan dan minuman
akan kembali kepada orang yang tidak memiliki makanan dan minuman. Hal ini
merupakan perintah Rasulullah saw. Beliau bersabda:
طعامُ الواحد
يكفي الاثنين، وطعام الاثنين يكفي الأربعة، وطعام الأربعة يكفي الثمانية
"Makanan satu orang dapat mencukupi
dua orang, makanan dua orang dapat mencukupi empat orang, dan makanan empat
orang dapat mencukupi delapan orang."
Rasulullah SAW memuji suku Asy'ari. Mereka adalah orang-orang
yang jika pergi berperang atau jika makanan anak-anak mereka di Madinah
berkurang, mereka mengumpulkan semua yang mereka miliki di satu tempat,
kemudian mereka membaginya di antara mereka secara merata. Rasulullah SAW
bersabda:
فهم مني وأنا
منهم
"Mereka adalah bagian dariku, dan aku
adalah bagian dari mereka."
Siapa pun yang ingin memahami alasan di balik ketiadaan
keberkahan dalam hal makanan dan minuman pada masa dewasa ini, sebaiknya
melihat kondisi serta kelakuan masyarakat saat ini dalam hal keserakahan, cinta
diri, dan sikap egois. Perlu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang telah
diwarisi dari nenek moyang kita selama puluhan tahun, seperti nilai gotong-royong,
ikatan sosial, saling melengkapi, dan semangat pengorbanan. Selain itu, perlu
juga diperhatikan jumlah makanan yang disia-siakan dengan jumlah yang sangat
besar yang akhirnya berakhir di tempat sampah.
Kita seharusnya mengamati pengeluaran yang dilakukan oleh
individu kaya, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat, yang menggunakan
jumlah uang yang besar untuk kemewahan dan pemborosan berlebihan. Hal ini
mengalihkan perhatian dari ibadah kepada Allah dan mengabaikan suara-suara
rintihan orang miskin serta jeritan orang-orang yang tertindas. Penting diingat
bahwa kekuatan sejati hanya berasal dari Allah, dan kita semua adalah milik-Nya
yang pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Nabi SAW bersabda:
إنَّ المُؤْمِنَ
لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
"Sesungguhnya seorang mukmin bagi mukmin lainnya seperti
bangunan, yang sebagiannya menguatkan sebagian lainnya.", dan beliau
menyilangkan jari-jarinya.
Dan Nabi SAW bersabda:
مَثَلُ المُؤْمِنِينَ في
تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الجَسَدِ إذا اشْتَكَى مِنْهُ
عُضْوٌ تَدَاعَى له سَائِرُ الجَسَدِ بالسَّهَرِ والحُمَّى
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hubungan mereka, kasih sayangnya, dan tolong-menolong diantara mereka seperti satu tubuh. Jika ada satu anggota tubuh mengeluh, maka sekujur tubuh kan mengeluh tak dapat tidur dan merasakan demam." (Muttafaq 'alaih).
Social Header