Breaking News

Pandangan Islam Tentang Keamanan Pangan

 Oleh Thoriq Aziz, S.Pd., Lc., M.Pd.


Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia, termasuk aspek sosial, moral, ekonomi, politik, ilmiah, dan intelektual. Manusia memiliki dua dimensi, yaitu fisik dan rohaniah, yang masing-masing memerlukan perawatan khusus agar tetap hidup, berkembang, dan bertahan. Para ulama Muslim, baik di masa lampau maupun sekarang, telah mendiskusikan secara mendalam mengenai perawatan rohaniah, serta dampak penyakit dan kotoran yang dapat mengganggu kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

Para ulama menjadikan dasar dalam hal ini, firman Allah Ta'ala:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta" (Thaha: 124).

Selain itu, para ulama juga berangkat dari kenyataan bahwa hati dan jiwa adalah fondasi pertama dalam pembentukan tubuh manusia. Sabda Nabi Muhammad saw:

أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

"Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah itu adalah hati."

Sementara itu, para ulama juga membahas dalam pembicaraan dan karya-karya mereka tentang pentingnya merawat makanan bagi tubuh, apa yang bermanfaat bagi tubuh serta makanan dan minuman apa yang membuatnya sakit, cara makan, waktunya, dan kuantitasnya. Nabi Muhammad saw bersabda:

اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan dalam setiap (keadaan) ada kebaikan."

Maka kekuatan iman di dalam hati itu baik, dan lebih baik lagi jika ditambahkan kekuatan tubuh, dan salah satu faktor terpenting dari kekuatan tubuh adalah memperhatikan makanan bagi kebugaran tubuh dan memastikannya.

Keamanan adalah karunia yang besar, dengan keamanan manusia merasa senang dengan hidupnya, sehingga ia merasakan kenikmatan dan kesenangan ibadah yang merupakan asupan hati dan jiwanya, serta kenikmatan dan kesenangan makanan yang merupakan asupan tubuhnya.

Oleh karena itu, memastikan makanan tubuh adalah salah satu bidang keamanan yang dipedulikan oleh Islam, yang disebut dengan keamanan pangan atau ketahanan pangan, dan merupakan salah satu pilar kehidupan yang stabil. Nabi Ibrahim as telah berdoa kepada Tuhannya:

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman dan berikan rezeki kepada penduduknya dari buah-buahan, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir." (Al-Baqarah: 126),

 Dan Nabi Muhammad saw bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

"Barangsiapa di antara kalian yang bangun di pagi hari dalam keadaan aman di rumahnya, sehat dalam tubuhnya, dan memiliki makanan hari itu, maka seakan-akan dunia telah digenggamnya seutuhnya."

Allah SWT telah melimpahkan karunia-Nya kepada kaum Quraisy dengan memberikan mereka keamanan secara umum, sehingga mereka tidak takut, dan keamanan pangan secara khusus, sehingga mereka tidak kelaparan. Allah SWT berfirman:

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

"Maka hendaklah mereka beribadah kepada Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah), yang telah memberi mereka makan dari kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4)

Pada awalnya, pasar di Madinah dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Hal ini menjadi ancaman bagi keamanan ekonomi dan pangan umat Muslim. Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau memerintahkan untuk membangun pasar khusus bagi umat Muslim. Hal ini menunjukkan pentingnya masalah ini.

Kemandirian, pemeliharaan kesatuan bangsa, dan perlindungan terhadap tanah air sangat ditentukan oleh kemampuan untuk mandiri dalam memproduksi makanan, obat-obatan, dan senjata. Ketergantungan pada pihak lain dalam hal ini dapat membuka peluang bagi pengendalian sumber daya dan campur tangan dalam proses pengambilan keputusan serta pembentukan kebijakan.

Surat Yusuf secara tegas dan jelas membahas isu keamanan dan ketahanan pangan, terutama melalui penafsiran mimpi yang dilakukan oleh Yusuf AS terhadap penguasa Mesir. Dalam penafsiran tersebut, terdapat arahan mengenai pentingnya merawat dan menyimpan makanan dengan benar untuk mencegah kerusakan. Selain itu, surat ini juga memberikan panduan mengenai peranan penting produksi pertanian dalam mencapai keamanan pangan. Lebih lanjut, surat ini menyoroti urgensi mengendalikan konsumsi pangan dan menghindari pemborosan, dengan tujuan sesuai dengan kebutuhan penduduk dan mencegah kelaparan serta kekurangan pangan. Semua ini disusun dalam suatu rencana matang untuk menghadapi masa-masa kekeringan dan kemarau dengan mengonsumsi cadangan pangan yang telah dipersiapkan.

قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تَأْكُلُونَ () ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تُحْصِنُونَ () ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ

 “(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru), ‘Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu dan mereka mengetahuinya.’ Yusuf berkata, ‘Hendaknya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.'” (Surat Yusuf ayat 46-49)

Dalam wahyu yang diberikan Allah SWT kepada Yusuf as, disarankan untuk menyimpan gandum dalam bentuk bulirnya, suatu praktek yang kini diakui sebagai kemajuan peradaban dan mukjizat ilmiah. Metode ini, yang ditekankan oleh Yusuf as, terbukti sebagai cara yang sangat efektif dalam menjaga kualitas gandum. Kulit yang melindungi biji-biji gandum dalam bulirnya memiliki peran krusial dalam mencegah serangan serangga berbahaya serta meminimalkan dampak buruk cuaca luar.

Islam sebagai panduan hidup, juga memberikan perhatian serius terhadap keamanan dan ketahanan pangan. Dalam konteks ini, dilarang segala bentuk kecurangan yang dapat merusak keamanan pangan, termasuk penipuan dalam segala bentuknya. Terutama, prinsip ini mencakup tindakan mencampurkan bahan makanan baik dengan yang buruk, menampilkan produk yang buruk dengan tampilan yang baik, dan menjualnya dengan harga yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam menekankan integritas dalam produksi dan perdagangan pangan untuk mewujudkan keamanan serta ketahanan pangan yang utuh dan adil.

Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW berjalan melewati sebuah tumpukan makanan. Beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut, dan jari-jarinya merasakan basah. Beliau bertanya kepada pemilik makanan,

ما هذا يا صاحبَ الطعام؟

"Apa ini, wahai pemilik makanan?" Pemilik makanan menjawab,

أصابته السماء يا رسول الله

"Air hujan telah mengenainya, ya Rasulullah." Nabi SAW bersabda,

أفلا جعَلْتَه فوق الطعام حتى يراه الناس، مَن غشَّ فليس منا

"Kenapa engkau tidak meletakkannya di atas makanan agar orang-orang dapat melihatnya? Barangsiapa yang menipu, maka ia bukan dari golongan kami."

Begitu juga, Islam melarang praktik monopoli. Nabi Muhammad SAW bersabda,

مَن احتكر فهو خاطئ

"Barangsiapa yang melakukan monopoli, maka ia telah berbuat salah." Artinya, ia telah melakukan dosa dan kejahatan yang layak dihukum.

          Pola kebijakan syariah yang adil tercermin dalam larangan riba dalam perdagangan makanan yang disimpan dan dikonsumsi, terutama pada empat jenis makanan yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW: gandum, jelai, kurma, dan garam.

Dalam konteks penjualan jenis makanan yang sama yang disimpan dan dikonsumsi, kebijakan syariah menuntut transaksi dilakukan secara tunai, dengan takaran dan kualitas yang identik. Sedangkan, jika penjualan melibatkan satu jenis makanan dengan jenis lain, transaksi juga harus dilakukan secara tunai dan di tempat yang sama.

Pentingnya prinsip tunai juga ditekankan dalam penjualan makanan dengan menggunakan uang, dimana transaksi bisa dilakukan baik secara langsung maupun dengan penundaan. Hal ini mencerminkan keadilan dalam sistem perdagangan dan menjaga keberlangsungan ekonomi dengan meminimalkan risiko riba.

Ini adalah aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh syariat untuk mencapai ketahanan pangan, dan masih banyak lagi aturan lainnya yang terdapat dalam kitab-kitab fikih dalam bab jual beli dan makanan.

Aspek-aspek Keamanan Pangan

1.      Memastikan keamanan makanan dan minuman, sehingga manusia tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang membahayakan tubuhnya, akalnya, dan kesehatannya.

2.      Manusia harus mengambil tindakan yang dapat menjaga makanan dan minuman agar tidak berubah atau terkontaminasi dengan sesuatu yang berbahaya.

3.      Manusia juga harus makan dan minum dengan cara yang tidak membahayakan dirinya, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

·       Tidak berlebihan, dengan mengatur waktu makan dan tidak mengonsumsi makanan melebihi kebutuhan tubuh.

·       Memilih makanan yang berkualitas.

Rasulullah saw bersabda,


غَطُّوا الإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، فَإنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةً يَنْزِلُ فِيهَا وَبَاءٌ، لاَ يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ، أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ وِكَاءٌ، إِلاَّ نَزَلَ فِيهِ مِنْ ذلِكَ الْوَبَاءِ

“Tutuplah bejana-bejana dan wadah-wadah air. Karena ada satu malam dalam satu tahun waba’/penyakit turun di pada malam itu.  Tidaklah penyakit itu melewati bejana yang tidak tertutup, atau wadah air yang tidak ada tutupnya melainkan penyakit tersebut akan masuk ke dalamnya. (HR Muslim)

Rasulullah saw memerintahkan untuk menutup bejana dan wadah air, meskipun hanya dengan meletakkan sesuatu di atasnya, seperti kayu, pisau, atau tongkat. Kemudian, menyebut nama Allah pada saat itu, karena Allah swt tidak akan membahayakan sesuatu yang disebut dengan nama-Nya. Rasulullah saw bersabda,

وخَمِّرْ إناءَكَ، واذكُرِ اسمَ اللهِ، ولو تَعْرُضُ عليه شيئًا

"Tutuplah bejanamu, dan sebutlah nama Allah padanya, meskipun hanya dengan meletakkan sesuatu di atasnya."

Rasulullah saw juga biasa memeriksa kurma sebelum memakannya, untuk memastikan tidak ada kutu di dalamnya.

Rasulullah saw tidak pernah minum air rendaman kurma setelah tiga malam, karena khawatir air tersebut akan berubah menjadi minuman keras. Oleh karena itu, jika air rendaman kurma tersebut sudah melewati tiga malam, maka Rasulullah saw memerintahkan untuk membuangnya.

Rasulullah saw juga memerintahkan umatnya untuk menghormati roti. Beliau bersabda,

أكرموا الخبز

"Hormatilah roti."

Makna menghormati roti adalah tidak merendahkan atau menghinakannya. Roti tidak boleh diinjak dengan kaki, tidak boleh dibuang ke tempat sampah, tidak boleh diletakkan di bawah piring, dan tidak boleh diletakkan di atasnya makanan, seperti daging, ikan, atau lauk-pauk lainnya, kemudian dibiarkan tidak dimakan sehingga basi. Semua ini termasuk dalam menghormati roti.

Rasulullah saw jika minum, beliau mengambil tiga kali napas. Artinya, beliau tidak minum sekaligus, melainkan minum tiga kali dengan jeda di antaranya. Beliau bersabda,

إنه أروى، وأمرَأُ، وأبرأ

"Hal itu lebih menyegarkan, lebih lezat, dan lebih sehat."

Saat mengambil napas, Rasulullah saw tidak mengambil napas di dalam gelas yang beliau minum. Hal ini karena dapat membahayakan air dan orang yang minum setelahnya. Rasulullah saw bersabda,

إِذَا شَـرِبَ أَحَـدُكُمْ فَلاَ يَتَـنَفَّـسُ فِي اْلإِنَاءِ

"Jika salah seorang di antara kalian minum, maka hendaknya dia tidak bernapas di dalam tempat minum." (Muttafaq 'alaih)

إذا شرِب أحدكم، فلا يتنفَّسْ في القدح، ولكن ليُبِنِ الإناء عن فيه

"Jika salah seorang di antara kalian minum, janganlah mengambil napas di dalam gelas, tetapi angkatlah gelas dari mulutnya."

Rasulullah saw juga makan dan minum dengan tangan kanan. Beliau memerintahkan umatnya untuk melakukan hal yang sama, sebagai bentuk perlawanan terhadap setan yang makan dan minum dengan tangan kiri.

Rasulullah saw melarang umatnya untuk berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Beliau bersabda,

ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم لُقَيمات يُقِمْن صُلبه، فإن كان لا بد فاعلًا، فثلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفسه

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”.

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an,

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

"Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang bagus di setiap memasuki masjid, dan makanlah dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)

Orang yang berlebih-lebihan dalam makan dan minum akan mengalami tiga macam kerugian, yaitu:

1.     Kerugian syar'i:

Orang yang berlebih-lebihan dalam makan dan minum telah melanggar larangan Allah SWT dan Rasul-Nya saw.

2.     Kerugian jasmani:

Kenyang dan beratnya makanan di perut dapat menyebabkan banyak penyakit, dan membuat orang malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan ibadah.

3.     Kerugian akal dan hati:

Jika perut penuh, maka pikiran akan menjadi tumpul, hikmah akan menjadi bisu, dan anggota badan akan malas beribadah. Kenyang juga dapat merusak kelembutan hati dan kejernihan hatinya, serta mengurangi kekhusyukan dalam beribadah, seperti shalat, dzikir, dan lainnya. Selain itu, berlebihan dalam makan juga dapat meningkatkan nafsu syahwat, yang merupakan sumber dosa.

Keamanan terbesar saat makanan adalah dengan menyebut nama Allah swt. Sesungguhnya menyebut nama Allah swt tidak akan membahayakan sesuatu pun di bumi atau di langit.

Orang beriman mengkonsumsi makan dengan menyebut nama Allah terlebih dahulu di atasnya; mematuhi perintah Allah;

فَكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ

“Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An'am: 118)

Dan menghindari apa yang dilarang-Nya;

لَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al-An'am: 121)

Orang beriman menyebut nama Allah saat makan dan minum, mengikuti percontohan Nabi saw; di mana beliau jika meletakkan tangannya di makanan untuk dimakan, beliau berkata:  “Bismillah.” Dan beliau memerintahkan orang yang makan untuk menyebut nama Allah,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُم، فليَذْكُرِ اسم اللهِ تعالى، فإِنْ نَسِي أَنْ يَذْكُرَ اسم اللهِ في أوَّلِهِ؛ فليقل: بِسْمِ اللهِ في أوَّلِهِ وآخرِهِ

“Jika salah seorang di antara kalian makan, maka hendaklah ia menyebut nama Allah sawt. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah di awal, maka hendaklah ia berkata: “Bismillahi fi awwalihi wa akhirihi.”

Dan beliau berkata kepada Umar bin Abi Salamah:

يا غلامُ، سمِّ اللهَ، وكُلْ بيمينِك، وكُلْ مما يَلِيك

“Wahai anak kecil! Bacalah, Bismillāh, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu!”

Keamanan pangan adalah kondisi di mana semua orang selalu memiliki akses fisik, ekonomi, dan sosial terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka dan untuk hidup aktif dan sehat.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keamanan pangan, yaitu:

·       Mencapai takwa kepada Allah SWT: Taqwa kepada Allah swt adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan dalam segala hal, termasuk keamanan pangan.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Surat Al-A’raf Ayat 96).

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ

"Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan." (Surat Al-Ma'idah Ayat 65).

وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ ۚ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ

"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka." (Surat Al-Ma'idah Ayat 66).

·       Memperbanyak taubat dan beristighfar. Surah Nuh Ayat 10-12

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا*  يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا *  وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

"Maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu."

·       Silaturahmi dengan kerabat, saudara, dan orang-orang yang dicintai: Hal itu merupakan salah satu penyebab luasnya rezeki. Rasulullah saw bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

"Barang siapa yang ingin rezekinya dilapangkan dan umurnya dipanjangkan, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi."

Berkomunikasi secara sosial dapat menimbulkan rasa kasih sayang dan cinta, dan memungkinkan saudara untuk mengetahui keadaan saudaranya. Sehingga, orang yang memiliki kelebihan harta akan kembali kepada orang yang tidak memiliki harta, dan orang yang memiliki kelebihan makanan dan minuman akan kembali kepada orang yang tidak memiliki makanan dan minuman. Hal ini merupakan perintah Rasulullah saw. Beliau bersabda:

طعامُ الواحد يكفي الاثنين، وطعام الاثنين يكفي الأربعة، وطعام الأربعة يكفي الثمانية

"Makanan satu orang dapat mencukupi dua orang, makanan dua orang dapat mencukupi empat orang, dan makanan empat orang dapat mencukupi delapan orang."

 

Rasulullah SAW memuji suku Asy'ari. Mereka adalah orang-orang yang jika pergi berperang atau jika makanan anak-anak mereka di Madinah berkurang, mereka mengumpulkan semua yang mereka miliki di satu tempat, kemudian mereka membaginya di antara mereka secara merata. Rasulullah SAW bersabda:

فهم مني وأنا منهم

"Mereka adalah bagian dariku, dan aku adalah bagian dari mereka."

Siapa pun yang ingin memahami alasan di balik ketiadaan keberkahan dalam hal makanan dan minuman pada masa dewasa ini, sebaiknya melihat kondisi serta kelakuan masyarakat saat ini dalam hal keserakahan, cinta diri, dan sikap egois. Perlu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang telah diwarisi dari nenek moyang kita selama puluhan tahun, seperti nilai gotong-royong, ikatan sosial, saling melengkapi, dan semangat pengorbanan. Selain itu, perlu juga diperhatikan jumlah makanan yang disia-siakan dengan jumlah yang sangat besar yang akhirnya berakhir di tempat sampah.

Kita seharusnya mengamati pengeluaran yang dilakukan oleh individu kaya, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat, yang menggunakan jumlah uang yang besar untuk kemewahan dan pemborosan berlebihan. Hal ini mengalihkan perhatian dari ibadah kepada Allah dan mengabaikan suara-suara rintihan orang miskin serta jeritan orang-orang yang tertindas. Penting diingat bahwa kekuatan sejati hanya berasal dari Allah, dan kita semua adalah milik-Nya yang pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Nabi SAW bersabda:

إنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

"Sesungguhnya seorang mukmin bagi mukmin lainnya seperti bangunan, yang sebagiannya menguatkan sebagian lainnya.", dan beliau menyilangkan jari-jarinya.

Dan Nabi SAW bersabda:

مَثَلُ المُؤْمِنِينَ في تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الجَسَدِ إذا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى له سَائِرُ الجَسَدِ بالسَّهَرِ والحُمَّى

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hubungan mereka, kasih sayangnya, dan tolong-menolong diantara mereka seperti satu tubuh. Jika ada satu anggota tubuh mengeluh, maka sekujur tubuh kan mengeluh tak dapat tidur dan merasakan demam." (Muttafaq 'alaih).

© Copyright 2022 - Berinteraksi dalam Keberagaman